Pages

Kamis, 18 Agustus 2011

Harmony in Diversity

Dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan rumah, sekolah, dan di lingkungan masyarakat lain, kita berhubungan dengan teman-teman yang berlainan suku bangsa. Setiap suku bangsa memiliki kebudayaan, termasuk perbedaan sistem norma sosial, nilai-nilai sosial, maupun adat istiadat. Perbedaan inilah yang membuat hubungan sosial menjadi beragam. Hal ini selaras dengan simbol Negara Indonesia yaitu Garuda Pancasila dengan semboyannya, Bhinneka Tunggal Ika. Frasa ini berasal dari bahasa Jawa Kuna dan seringkali diterjemahkan dengan kalimat “Berbeda-beda tetapi tetap satu”.

Bhineka Tunggal Ika bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.

Perbedaan adalah hal yang mutlak terjadi, dan sewajarnyalah kita senantiasa menghargai indahnya perbedaan dan keberagaman itu. Tema Harmony in Diversity yang dijunjung tinggi oleh Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya ini menandakan bahwa sangatlah penting bagi khususnya para mahasiswa untuk menghargai perbedaan di lingkungan kampus. Hal ini dikarenakan kampus Universitas Brawijaya memiliki macam-macam fakultas yang terdiri dari berbagai program studi yang beraneka ragam. Belum lagi perbedaan diantara para mahasiswa yang datang dari berbagai pelosok tanah air dengan membawa ciri khas dari daerah-daerahnya sendiri. Bukan tidak mungkin perbedaan itu akan membawa dampak baik bagi almamater tersebut.

Apabila keselarasan tidak ditanamkan sejak dini, terutama pada masyarakat majemuk, seperti di Universitas Brawijaya yang memiliki keragaman sosial, maka dampak negatif tersebut akan menjadi kenyataan. Sebaliknya jika keselarasan di pupuk, maka dampak negatif tersebut tidak akan terjadi, bahkan keragaman kebudayaan dalam masyarakat majemuk akan menjadi suatu sumber kekayaan yang tak ternilai dari masyarakat tersebut.

Selasa, 09 November 2010

Kambek!

Moshi-moshi!

Kangen semuanyaaa? Hayo, yang kangen angkat jemuraan, eh tangan! *dililit tali jemuran*

Haaah~ sudah berapa lustrum ya saia hiatus? Blog ini sudah terasa seperti anak ayam kehilangan induk. Walaupun saia gak mau bertelor dan berkokok.[?]

Suwer, saia speechless. Mencari kalimat yang tepat dan efektif untuk meminta kesudian maaf bagi para pembaca sekalian yang telah menunggu-nunggu kemunculan postingan di blog yang sendu ini *dibantai massal karena overpede* Bagaimanapun kawan, saia adalah seorang pelajar SMA imut *dilemparin ke ruang hampa* yang memiliki tugas dan tanggung jawab untuk belajar, sekolah, les, mengerjakan pe’er, ulangan, ujian, dan kegiatan menyebalkan lainnya. Titik.

Apanya? Di tengah-tengah tuntutan tugas-tugas sekolah yang makin lama makin pandai dalam hal menyiksa itu, saia masih punya hati nurani untuk membuat postingan. So, here I am: di depan lappie –laptop-red ditemani bantal guling dan sebungkus kacang telor.

Pokoknya, mohon maaf atas ke’ngaret’an saia dalam memperbarui postingan yang sudah jadi kebiasaan. Beralasan pun rasanya percuma, karena semakin saia mencari-cari alasan, semakin sering saia menguras otak yang sedikit ini. Saia cuma berharap dapat memanage waktu dengan lebih baik lagi. Amiin..

Sudah cukup bacotnya ya? Satu kata lagi, saia yakin pembaca akan menekan tombol ‘back’!^^’’
Pada kesempatan kali ini, saia ingin melanjutkan postingan yang sudah ditunggu-tunggu manusia seluruh planet di jagad raya ini. Ditunggu untuk dicela, maksutnya. gagaga *ketawa aneh*

Cerita di bawah ini adalah bukan cerita fiktif. Namun, telah mengalami banyak perubahan sesuai kebutuhan. Jika terdapat kesalahan nama, waktu, tempat, dan urutan kejadian, mohon jangan dimasukkan ke hati, lebih baik masukkan uang anda ke dalam kotak amal peduli korban bencana Merapi dan Mentawai. Terima kasih. Hati-hati terhadap penipuan. [?]

Comfort yourself and check it out!^

Cuaca panas dan lalu lalang kendaraan mengiringi laju rombongan kami yang sudah melalui hampir seperempat jarak ke tujuan, pantai Paseban. Jangan tanya kenapa kami merasa kepanasan, padahal saat itu cahaya matahari masih dengan hangatnya menyapu permukaan kulit kami. Ya, kulit yang dibalut jaket jemper hitam Gamma. Bagian depan jaket berwarna hitam yang notabene bersifat menyerap panas itu sesekali berkibar saat laju motor meningkat saat melewati jalan yang tidak begitu ramai. Ngebut pun harus tahu waktu dan tempat kan?

Saat itu, motor salah satu temanku pun melaju dengan kecepatan yang lumayan di atas rata-rata, sambil sesekali meliuk-liuk lincah -dan mengerikan- diantara mobil-mobil kontainer besar seolah dia melakukannya sebagai hobi. Entah apa yang ada di kepalanya saat menjalankan motornya seperti itu karena sekedar mengingatkan, bunyi klakson mobil-mobil kontainer monster itu sudah berkali-kali menegurnya. Dan entah apa pula doa yang harus kubaca berkali-kali, mengingat aku sedang berada di boncengan motor itu –saking takutnya. Hanya pegangan di belakang sadel motor yang menjadi harapanku.

Pemandangan sawah hijau tersaji di sepanjang perjalanan kami yang terdiri dari tiga motor dan terpisah dari rombongan lain yang melaju di depan. Rupanya, alasan temanku mengebut, saat kutanya adalah untuk memperkecil jarak antara rombongan kami dan rombongan di depan karena jika tidak, kami harus rela mendapat resiko tersesat di daerah orang. Beberapa waktu kemudian, aku mulai lega saat laju motor temanku itu melambat, dan akhirnya benar-benar berhenti saat melihat sedikit kejutan yang tidak bisa dibilang kecil di depan sana. Terlihat sekelompok bapak-bapak berseragam hijau stabilo berdiri di tengah jalan, dan seorang di antaranya sedang mengayunkan lengannya tanda untuk kami segera menepi.

“Oh, razia.” Kataku santai.

“Gawat, razia!” Kata temanku panik sambil langsung memutar arah motornya menjauhi kerumunan polantas dan dua motor temanku yang lain.

“Loh? Kemana? Kok?”

“…”

Motor kami menjauhi sekumpulan orang yang menjadi musuh para pelanggar aturan lalu lintas itu. Di tengah kebingungan, masih sempat kulihat empat temanku yang lain di belakang tertangkap razia tersebut.

“Woi…” aku membuka percakapan, saat jarak kami sudah lumayan jauh dengan TKP.

“Ada apa sih, Syid? Yang lain masih di belakang tuh. Kok kita balik arah?” tanyaku tak sabar.

“Mereka kena ya?” tanyanya, dan itu bukan jawaban yang ingin kudengar.

“Ditanya, balik nanya.” ucapku sedikit jengkel.

“Pak polisinya ngikutin gak?” tanyanya lagi.

“Sepertinya aman. Memang kamu gak bawa SIM ya?” tanyaku masih penasaran.

“…”

“Hei. Ditanya jawab kek.” kataku dengan volume lebih tinggi karena kupikir mungkin helm menghalangi pendengarannya. Itu bisa jadi alasan kenapa dari tadi dia hanya bertanya, dan tidak menjawab.

“…”

“Wooooii...”

“Aku gak punya SIM!” katanya akhirnya.

Okelah, aku bisa terima separuh perjalananku tadi kuhabiskan dengan merem melek sambil kelilipan debu sebesar biji kurma, akibat motor temanku itu sempat menyalip truk pasir yang partikel pasirnya melayang bebas kemana-mana. Atau klakson-klakson-yang-sangat tidak-merdu itu berbunyi nyaring tepat di telingaku, membuatku sepertinya harus ke THT sepulang nanti. Diterima. Tapi kenapa susah-susah ngebut kalau akhirnya SIM malah gak punya? Ter-la-lu. *ditendang ybs*

Mendapat jawaban dari rasa penasaran, membuatku memilih untuk diam saja setelahnya. Kami memutuskan untuk menghubungi rombongan lain, mengabarkan bahwa dua dari rombongan kami terjaring razia.

-bersambung-

Na na na na na~

Saia gak denger.

Saia gak denger.

Saia gak denger helaan nafas kekecewaan para pembaca… *disumpahin budeg beneran*
Pokoknya gitu lah. Gak jelas. Aneh. Pendek. Kaya biasanya kan? *innocent*

Saia jadi penasaran gitu, apa semakin malam kemampuan otak semakin menurun ya? Soalnya saia ngetik ini sampe lewat tengah malam, kaya judul filem. Jangan sebut genrenya, cukup simpen dalam hati saja. *scared*

Sambung di postingan selanjutnya –yang tak diketahui kapan updatenya-… ;D

Jaa ne~

Minggu, 15 Agustus 2010

GAMMA On Vacation

*plup* Saia muncul lagi !!

Saia lagi pengen curhat lagi nih. Gak sabar kalo harus nunggu seminggu lebih lagi *itu rentang waktu saia membuat postingan baru* takut keburu basi. Jadi saia putusin ngepost dua sekaligus, walaupun curhatan yang ini lebih pendek. Gak papa kan, minna!? *nanya apa ngancem*

Sutralah, the story begins…

Aku melangkah melewati lorong gelap di sebuah bangunan bertingkat dua itu. Bukan hanya gelap, aku mulai merasakan angin menelusup melalui lubang-lubang ventilasi menimbulkan bunyi lirih yang aneh. Membuatku merasa yakin bahwa saat ini aku sedang merasa takut. Bulu kudukku pun berdiri seiring langkah-langkah yang semakin melambat dan memperkecil jarakku dengan tujuan. Perlahan-lahan aku berjingkat, berusaha meminimalkan bunyi yang dihasilkan sepatu ketsku lalu memasuki salah satu ruangan berlantai putih bersih senada dengan tembok. Aku pun berhenti sejenak di pintu masuk dan membaca sebuah papan gantung bertuliskan Biologi A. Sekaligus memastikan agar aku tidak salah masuk ruangan.

“Mau kemana nih rencananya? Ada usul?”

“Gak usah jauh-jauh, yang deket-deket aja”

“Murah ongkos”

“Yang ikut siapa aja nih?”

“Tapinya aku minta ijin dulu, ya?”

“Sambil rujakkan kayaknya asik tuh”

“Buahnya?”

“Yang bawa bumbu… bumbuu??”

“Urunan… urunan…”

“Cepetan catet yang bawa motor sapa aja”

“Kayaknya kurang memadai”

“Kalo gitu, coba ajak si Prima sekalian!”

“Berangkat jam berapa enaknya?”

“Pasti molor kaya biasanya”

“Yang penting jangan jauh-jauh, bawa lansia nih…”

“Bener, kasian”

“Ho-oh”

“Setuju”

“Terus jadi kemana nih tujuannya??? Argghhh!! %$#*&%@%&(**??!!!”

“…”

“…”

Rapat GAMMA pun terus digelar hingga jam menunjukkan pukul 13.00 WIB.

Kalau pengungsi bencana lumpur Lapindo melakukan aksi demo di pinggir jalan untuk mendapatkan ganti rugi, maka bisa dibilang pagi itu merupakan aksi demo sebagian anak-anak Gamma untuk menuntut janji mereka-mereka yang datang telat dari waktu yang disepakati, karena sudah dua jam berlalu mereka menunggu di depan sebuah rumah kost berpagar putih dengan muka yogurt (masam-red). Seolah mereka akan memakan sesamanya jika menunggu lebih lama lagi.

Rupanya, kira-kira *penulis lupa* setengah jam kemudian, semua sudah berkumpul dan berangkat setelah berdoa bersama.

-bersambung-

Saia tau, saia tau. Ini keterlaluan. Mengemas curhatan dalam bentuk cerita, tetapi jadinya malah aneh seperti itu. Mungkin saia memang tidak berbakat menulis yah.. T.T *diiyakan massa*

Mau muntah? Gak apa koq, saia udah duluan.

Mohon mahap nih buat rekan-rekan Gamma, kalo-kalo gak sesuai seperti yang diharapkan *bungkuk2 sampe kejedot* mengingat penulis bukanlah penyimpan memori yang baik, sehingga masih banyak yang lupa di sana-sini.

Tapi yang paling penting, kenapa saia buat bersambung? Sengaja koq, biar pembaca penasaran gimana gitu *disangrai* Alasan lain adalah karena cerita itu masih panjang dan butuh waktu bagi penulis awam seperti saia untuk menceritakan dengan lebih baik lagi. Jadi, daripada diceritain sampe abis tapi ngasal dan kepanjangan, saia setop sampe itu dulu ya. Lagipula mata sudah tidak mau berkompromi. Hehe…

Arigatou ^^




Bangau Kertas


Saya kembali dengan curhatan tidak jelas…

Apa kabar kalian semua? Semoga sehat selalu ya~

Lama gak ngepost. Jadi kangenn… *peyuk-peyuk computer rental-digetok*

Habis, beginilah nasib murid ujian akhir. Penuh dengan tekanan dan pengorbanan, baik fisik maupun mental. Tiap kali saia mau buka lappie buat nulis (ngetik-red) curhatan, pasti adaaaaaa aja yang mengalihkan perhatian saia. Keinget laporan kimia lah, presentasi biologi belum diedit lah, liat pideo naruto–lah?-

Tapi bener kok, saia emang gak punya cukup waktu untuk sekedar melepas uneg-uneg dalam bentuk kata-kata akhir-akhir ini. Padahal bahan-bahan curhatan udah ada di otak saia en tinggal pake. Saia juga udah nemu topik postingan jauh-jauh hari loh. Pas mo tidur, pas perjalanan pulang sekolah, pas desek-desekan beli makan di kantin, pas jam pelajaran yang gurunya bikin kantuk, bahkan pas ulangan! Gyahahahaha *tawa setan*

Sebenarnya, tugas-tugas sekolah itu bukan satu-satunya alasan saia telat buat postingan sih. Itu karena akhir-akhir ini saia banyak menemukan hal-hal baru yang bisa dikerjakan selain mengerjakan tugas *btw, mbok tugasnya dikurangi tho pak buk guru* Contohnya sekitar seminggu yang lalu, saia dapat ‘job’ dari salah satu teman saia untuk membuat origami bangau dengan berbagai ukuran dan warna. Katanya sih buat ngado orang spesial *pake telor* Ckck. Romantis.

Seromantis apapun, setau saia yang namanya job, ada bayaran kan ya? Tapi boro-boro bayaran, kertas lipetnya aja beli sendiri. Dikasih juga cuman pas pertama kali diajarin mbuat. Dasar, teman saia yang bernama ******* itu! *dibom*

Hehe *pamer gigi* tapi untung saja saia punya adek yang sangat pengertian sehingga ‘merelakan’ sebungkus kertas lipatnya buat saia. Walaupun setelah itu, saia sempet diomelin kaasan karena adek saia ngrengek-ngrengek buat beli kertas lipet baru.

Dan akhirnya, saia udah ternakin tu burung-burung bangau dalam empat hari sampai kekumpul sekitar 20 ekor. Eits, 20 buah dalam empat hari itu udah bagus banget lho buat pemula, mengingat tingkat kesulitannya yang cukup tinggi, itu kata teman saia, tapi kata saya sih biasa aja tuh *disetrum*

Walaupun udah buat lumayan banyak origami bangau (20 buah yang tadi-red), saia sungguhnya enggak begitu ngerti arti ngasih origami bangau sebagai hadiah untuk seorang yang spesial. Setau saia, nyang namanya nglipet-nglipet itu kerjaannya anak tetangga saia yang taon kemaren mulai masuk TK sambil ngusep-ngusep ingusnya *ya ampyun* dan kalopun mau kasih hadiah burung bangau, kan bisa aja langsung beli replikanya di toko? Kenapa replika? Karena gak mungkin kita nyolong yang asli di kebun binatang kan?

Karena sedikit-banyak penasaran, saia pun mengunjungi dunia maya untuk menemukan jawaban dari pertanyaan yang merisaukan hati saia itu. Em, setelah saia baca-baca dari banyak artikel *asal tau aja, kalo urusan kaya gini saia rajin lho-ditendang* filosofi origami bangau ini tidak bisa dilepaskan dari kisah seorang gadis Jepang bernama Sadako Sasaki yang menderita penyakit leukimia karena kanker dalam darah akibat serangan bom atom di Hiroshima pada 6 Agustus 1945.

Selama sakit, ia berusaha dapat melipat seribu burung bangau (crane) dengan berharap kesembuhan dari penyakit dan perdamaian dunia dapat terwujud. Pada saat meninggal, Sadako telah melipat 644 burung bangau, dan teman-teman sekolahnya membantu melipat sisanya.

Kemudian teman-temannya pun membentuk klub dan mencari dana untuk membuat sebuah monumen perdamaian dunia. Kini monumen itu telah berdiri di taman Hiroshima sejak tahun 1958 dan orang-orang dari seluruh penjuru dunia selalu mengirimkan/ menaruh origami burung bangau (crane) pada monumen itu sebagai simbol perdamaian pada setiap tanggal 6 Agustus yang telah dijadikan sebagai hari perdamaian.

*usep aer mata* saia cengeng… *srooot*

Dalam keadaan sakit parah pun Sasaki-chan masih memikirkan perdamaian dunia dan tak henti-hentinya menggantung harapan untuk bisa sembuh lewat 100 buah bangau kertas. Enggak heran ya kalo bangau kertas itu merupakan simbol harapan dan perdamaian. Sip lah.

Well, saia –gak yakin- sedikit ngerti sekarang. Berarti, jika kita menghadiahkan bangau kertas untuk orang yang spesial, artinya harapan kita terhadap orang itu mungkin dapat tersampaikan. Harapannya pun pasti beragam, tapi yang jelas seiring harapan itu dirajut, mereka punya keinginan kuat untuk terkabul.

Dalem banget yah! Kayak sumur di dasar samudera atlantik *emang ada yang begituan?* Sepertinya, saia jadi pengen buat juga yang sampe seribu buah, biar deh diomelin kaasan gara-gara dikira nyampah… trus maunya tak kasih ke Kakashi-kun yang super duper tampan dan cool itu *cium-cium kakashi dalam angan*

Yosh! Karena penulis udah ngebet pengen lipet-lipet kertas dan cucian-?- selain itu udah waktunya bobo pagi *sekarang jam 1:09, WHAT?* curhatnya sampe disini dulu ya. Moga bermanfaat. Eh iya, saia juga ngucapin Selamat Puasa.. Moga Ramadhan ini lebih baik dari sebelumnya. Amin..

Saia juga bakalan berusaha ngepost teratur di bulan puasa ini. Minta dukungan, boleh?

Arigatou. Jaa… ^^



Senin, 12 Juli 2010

Curhat Kelas Yok

Apa kabar semuanya?

Saia datang untuk curhat lagi. Info tidak saia bagi dulu yaw, soalnya masih dalam proses perencanaan pengerjaan *bilang aja buntu ide*

Yosh! saia mau crita apa ya? Mm.. *sok* mikir…

Apa ya? Aa, err, emm, uuh, haaaaagrh~

Gotcha! Saia mo crita bout my 11th grade class in sekolahku *entah kenapa bahasanya gak enak* yang saia huni beberapa bulan ini. Satu kata: Sangat Menyenangkan!

Er, dua kata sih, tiga sama tanda serunya. Emang tanda baca masuk kata ya? =_=?

Kenapa begitu menyenangkan? Kenapa dengan kelas itu? Apa sebegitu penting arti kelas itu? Kenapa memilih kelas itu untuk topik postingan kali ini? Kenapa penulis kebanyakan nanya?

Baru-baru ini saia mbaca banyak fic. Jadi saia pengen coba buat prolog dikit yaa…

Sebuah bangunan disinari cahaya matahari dari berbagai sisi dimana orang bisa melihat isi bangunan itu dari luar. Cahaya itu sangat terang sehingga memberi rasa panas yang tak terkira. Namun rupanya beberapa orang nekat menerjang panas matahari sore itu, demi menonton jalannya sebuah pertandingan futsal yang mulai memanas sejak memasuki putaran kedua. Sorak sorai supporter mengalir deras memenuhi lapangan berumput serupa butir-butir peluh yang beberapa kali keluar dari pori-pori kulit mereka. Tetapi mereka tak peduli. Ya, demi satu kata: kemenangan.

Skor 1:1 membuat kedua tim futsal wanita itu harus mati-matian mengejar bola dan mengerahkan kekuatan masing-masing. Bola terus bergulir dari satu kaki ke kaki yang lain, sekali-kali disertai sundulan. Menciptakan gerakan-gerakan indah hingga si bundar berhasil menjebol salah satu gawang. Terus berjuang. Tak mau kalah seperti anak kecil.

Terlihat salah seorang pemain berpostur kecil dan pendek *ditabok ybs* menggiring bola di tengah lapangan. Rambut kuncir kudanya bergerak ke kanan dan ke kiri seirama gerakan kakinya yang lincah. Matanya sibuk mencari-cari teman setim-nya sebagai sasaran operan bolanya. Namun, para pemain back lawan sudah mengunci gerakan rekan-rekannya dan tak membiarkan bola menuju gawang lebih dekat lagi. Tak gentar, pemain yang memang dinobatkan sebagai mesin gol bagi tim-nya tersebut mulai membuat pola penyerangan. Kaki-kakinya menggiring bola kesana kemari seolah berteman dengannya. Beberapa pemain lawan sudah terlewati satu persatu hingga posisinya sangat memungkinkan untuk mencetak gol, yak dia ada di depan gawang lawan sekarang.

Bola melesat dan berakhir dengan penambahan skor menjadi 1:2. Tim yang memimpin skor terlihat berkerumun di pinggir lapangan merayakan keberhasilan assits mereka. Derai sorak, teriakan, tepuk tangan, serta yel-yel mengaum di seluruh ruangan.

Pertandingan pun berakhir dengan skor 2:4 untuk kemenangan GAMMA.

End of the prologue-

Hooshh! Panjang yah ternyata. Perbendaharaan katanya payah. Gak jelas pula. Jadi malu sama readers… *emang lo tuh dasarnya malu2in tau!!*

Sebelum menyambung prolog tadi *eh, masi disambung juga?* udah tau belom GAMMA itu apa? –bukan, itu bukan nama tempat bimbel ato resto- Baiklah bagi yang gak tau, sini tak kasih tau. Ayo, sini-sini chayang duduk dekat saia *ditendang sampe Jepang-yey!*

GAMMA: Generasi Anak Muda ipa lima. Teret teret tet *bunyi terompet*

Terbentuk dari 35 orang yang terpilih dan dinaungi oleh seorang wali kelas yang terpilih pula. Terdiri dari orang-orang kompeten di bidangnya yang melebur menjadi satu dan membentuk suatu ikatan persahabatan yang begitu erat dan tak tergantikan.

Yang diatas kok jadi keak iklan perusahaan kilang minyak ya? Aah sudahlah *pura-pura gak denger* yang jelas, anak-anak gamma itu –termasuk saia- kalo udah ngumpul, lorong kelas Biology A yang gelap dan sedikit -ehm- horor itu, bisa jadi arena bowling, bis kota, bahkan tempat pengungsian.

Kalo bicara prestasi, anak-anak gamma bisa dibilang diatas angin *horee terbaang* *gdebug, nyungsep* Dibanding kelas-kelas lain, tim futsal gamma sudah melalangbuana galaksi lo. Itu terbukti saat gamma tak terkalahkan di pertandingan-pertandingan sejak debutnya hingga akhirnya kemarin terpaksa dibekuk 3:5 saat adu pinalti melawan adek kelas di pertandingan class meeting. But, I proud of you guys! Gamma juga dapet undangan dari salah satu futsal center untuk mengikuti sebuah liga yang diadaain futsal center itu. Yaah, gak nyabot penghargaan sih. But, I always proud of you guys! Gak peduli lah menang ato gak, yang penting kebersamaan terus terjalin. Wokeh?

Saia masih inget banget *ada videonya kok* waktu genjreng-genjreng sambil nyanyi bareng pas jam kosong pelajaran fisika. Padahal si pak guru lagi sibuk rapat ISO dan mungkin juga lagi berusaha memperjuangkan kembali waktu mengajarnya. Saia juga inget *dari video + pengalaman pribadi* tingkah-tingkah anak-anak gamma pas pelajaran bahasa inggris yang mengharuskan kelas untuk unilingual bahasa inggris, dan bagi yang melanggar harus dihukum rajam, eh nyanyi di depan kelas.

Saia nulis –ngetik- ini sambil senyam-senyum sendiri. Kadang-kadang juga sambil liyat closing ceremony-nya WC, eh World Cup maksutdnya. Salah mulu ya… Pokonamah, banyak hal lucu+aneh+asik+gila+sedih+seru+mengharukan yang udah dilewati. Dan semua itu menyenangkan! Sangat menyenangkan!

G.A.M.M.A

Lembaga itulah tempat saia bernaung selama saia menjalani kehidupan sebagai siswa kelas sebelas. Sebuah lembaga yang mampu menyuguhkan kesejahteraan bagi tiap-tiap anggotanya *koperasi kale* yang notabene kurang sejahtera. Lembaga yang bertujuan mewujudkan perdamaian angota-anggotanya, bahkan dunia! *PBB kalee* Lembaga yang menjunjung tinggi sportivitas antaranggotanya *PSSI kaleee* terlebih saat ulangan *bo’ong banget*dan Lembaga yang membuat saia sangat sedih ketika harus berpisah…

Jumat, 02 Juli 2010

Karya Saia

Ehm ehm... halo semua! -ngomong sama sape lu?-
ini, saia cuman mao ngepost gambar, abis itu saia pergi deeh.

ini karya saia logh. -pantesan jelek banget- T__T
walau jelek, saia sudah membuatnya dengan hati ikhlas tanpa pamrih loh! -geplaked-
Jadi, daripada saia terus nyimpen ni gambar di lappie, mending saia angin-anginin di luar...

enjoy watching...-bersin?-




Nah kan, aneh gambarnya... mana judulnya With You lagi, memalukan. -malu, tapi di bold-
Benar-benar gaJe. Smoga nyang liyat ga sakit mata... amin.

Rabu, 30 Juni 2010

Liburan

Huuufhh.. ==3
Saia lagi terserang penyakit bosan-karena-liburan-gak-kemana-mana. Gejalanya antara lain:
1.kepala terasa berat
2.terisolasi dari dunia luar
3.mudah lapar
4.daya kreatifitas menurun

Begitulah. Saia tak tahu harus berbuat apa lagi untuk menyembuhkannya.

Sumpah, saia gak tahu musti ngapain ini kepala, tangan, kaki, badan, dan otak!

Saia merasa lebih baik jika saia dikirim ke kutub utara buat nyerut es, daripada bengong dengan posisi klasik orang yang sedang nganggur: duduk bersila, kaki kiri ditekuk ke depan, tangan megang remot, tangan satu lagi ngopi. Hhhhhh,,

Ide-ide di otak saia juga melayang entah kemana. Padahal liburan ini rencananya mau saia buat namatin cerpen, buat fic, dan sejenisnya. Tentu saja rencana itu saia buat setelah tahu saia gak punya -sekali lagi gak punya!- rencana liburan ke suatu tempat *melas* Bener-bener murni stay at home sodara-sodara! Karena saia cinta rumah saia! Ha-ha-ha--

Bolehkah saia menyebut ini ironis?

Tadi pagi saia dapet sms dari salah satu temen saia yang ngajakin maen rame-rame satu kelas. Saia seneng dong. Berlinanglah aer mata saia saking senengnya*bohong, ditendang*

Tetapi, sepertinya si dewi Sandra -eh- fortuna belum memihak kepada saia ketika saia membaca waktu dan tempat kumpulnya kegiatan itu. Ya, di sana tertera ‘di rumah Riski jam 8.00 WIB’. Sedangkan jam henpon saia dengan hina-nya menunjukkan pukul 8.41 WIB, dan saia masih dengan imutnya *ditampol* menyantap sarapan pagi saia. OMFG!

Saat itu juga terngiang-ngiang di telinga saia lagunya Dewa yang Pupus dan theme song World Cup 2010 -gak ada hubungannya-

Saia putuskan untuk tegar dan berdiri tegak, lalu bangkit meneruskan kegiatan sarapan saia. Sampai hape saia bergetar-getar lagi karena sms masuk dari temen saia yang kira-kira isinya begindang: “ hee.. ndak pengen dulen aa? Ayooo nggosip ning tempat biasa, trus netting bareng-bareng”

Asalnya biang gossip, gak mau dong ketinggalan acara sepenting itu?? Lagipula saia mau googling piku-piku kakashi sebanyak mungkin. Dengan sigap saia pun mengiyakan ajakan temen saia itu lewat sms balasan, lalu segera menyelesaikan sarapan sambil berusaha agar tidak tersedak.

Drrt.. drrt.. drrt..
Siapa ya? Jangan bilang ada yang mau ngajakin keluar juga? Hadu~ sibuksibuk.

Ternyata dari temen saia yang barusan. Firasat saia udah mulai gak enak. Akhirnya, saia baca juga sms itu, tidak sampai habis, karena saia rasa sudah menangkap intinya: mengabarkan kebatalan rencana yang sempat membuat saia bersemangat hari ini. Alasannya, banyak yang gak bisa ikut, jadi temen saia itu lagi pengen tidur di rumah aja. Ya, tidur. Garis bawahi.

Saia tidak mengerti kenapa saia harus menelan kepahitan dua kali pagi ini. Saia pun nyelonong ke dapur -tenang, bukan ngambil pisau kok- dengan langkah gontai demi memuaskan rasa lapar yang tiba-tiba datang. Tidak tahu harus memasang ekspresi apa.

Jadilah, saia disini membuat curhatan menyakitkan. Berusaha melupakan liburan akhir semester yang indah…